Pengungsi Rohingya tinggalkan kamp penampungan di Aceh Barat, Indonesia 'semakin mudah menjadi jalur penyelundupan manusia'

 

Petugas Wilayatul Hisbah (WH) melihat kamp penampungan puluhan pengungsi Rohingya kosong setelah seluruh pengungsi meninggalkan kamp di Kompleks Kantor Bupati Aceh Barat, Provinsi Aceh, Sabtu (1/6/2024).

Sebanyak 27 pengungsi Rohingya —yang pernah diselamatkan dari kapal mereka yang terbalik di perairan Aceh Barat— pergi meninggalkan tempat penampungan sementara pada Sabtu (01/06).

Keberadaan mereka sejauh ini belum diketahui. Namun Arakan Project dan Yayasan Geutanyo —dua lembaga swadaya yang fokus pada isu Rohingya— menduga para pengungsi pergi ke Malaysia dengan bantuan penyelundup.

Kasus ini menunjukkan bagaimana Indonesia “semakin menjadi jalur penyelundupan pengungsi Rohingya” yang sebenarnya bertujuan ke Malaysia, kata Direktur Arakan Project, Chris Lewa.

Di sisi lain, dia menilai pemerintah Indonesia tidak berbuat banyak dan terkesan "menutup mata" atas maraknya penyelundupan manusia terjadi.

Pola ini justru semacam menjadi “jalan tengah tidak resmi” yang mengurangi beban Indonesia menangani pengungsi Rohingya.

“Sejujurnya saya sedikit khawatir karena Aceh, dan Indonesia [secara umum], telah semakin menjadi tempat penyelundupan,” kata Chris Lewa kepada BBC News Indonesia.

“Di satu sisi, saya merasa bagi Indonesia pun ada perasaan senang ketika para pengungsi ini pergi, jadi tidak perlu mengurusi mereka lagi. Persoalannya, pola ini menjadi semakin mudah dan lebih banyak orang yang mencobanya, lalu semuanya semakin tidak terkontrol lagi,” jelas Lewa.

Satuan Tugas Penanganan Pengungsi Luar Negeri Kementerian Politik Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) mengatakan bahwa keputusan para pengungsi untuk pergi, apalagi ke luar wilayah Indonesia, telah melampaui batas kewajiban pemerintah.

Menurut catatan Badan PBB untuk Pengungsi (UNHCR), sebanyak 920 pengungsi Rohingya telah meninggalkan kamp di Aceh sejak Januari 2024.

Saat ini, tersisa 1.078 pengungsi di sejumlah tempat penampungan di Aceh yang datang dalam sejumlah gelombang pada sejak November lalu.

Perwakilan UNHCR untuk Indonesia, Ann Maymann, mengatakan pihaknya telah mengingatkan para pengungsi soal risiko dan bahaya yang mengintai jika melakukan perjalanan dengan bantuan penyelundup.

“Tapi apa lagi yang bisa mereka lakukan? Ada anak-anak yang berada di Aceh dan orang tua mereka di Malaysia. Satu-satunya opsi adalah mereka harus pergi diam-diam kalau ingin berkumpul kembali dengan orang tuanya," kata Maymann kepada BBC News Indonesia, Selasa (04/06).

"Itu karena negara-negara di wilayah ini tidak mendukung keluarga-keluarga ini bertemu kembali,” tuturnya.

Sumber : bbc.com

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel