Bisakah AI Menggantikan Manusia dan Sejarahnya?
Sulit dipercayai
bahwa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah membawa kemajuan pada
dunia dan menciptakan sesuatu yang disebut kecerdasan buatan. Berawal dari
teknologi di zaman batu yang diciptakan oleh manusia purba saat itu, ke
penemuan seperti lampu, komputer, dan mesin cetak sampai rumus dan perkembangan
teknologi astronomi, hingga di masa sekarang ketika teknologi sudah jauh lebih
maju dibanding sebelumnya dan segalanya jadi lebih mudah. Tidak bisa
dipungkiri, umat manusia telah mencapai jalan yang sangat panjang dan sulit
untuk bisa tiba di saat ini.
Sayangnya,
perkembangan teknologi terbaru membuat cemas banyak orang karena dikhawatirkan
dapat menggantikan manusia. Robot yang memiliki kecerdasan buatan mampu
mengerjakan pekerjaan yang dilakukan manusia, bahkan kini teknologi tersebut
mampu menciptakan gambar maupun menulis esai dalam sekejap. Beberapa pihak
khawatir bahwa kecerdasan buatan ini justru akan membawa kemunduran pada
manusia.
Alasannya
sama dengan mengapa kecerdasan buatan begitu disukai oleh banyak orang pada
awalnya. Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bisa melakukan
hampir segalanya dan sangat mudah diakses, contohnya ChatGPT yang dapat
menjawab pertanyaan penggunanya tanpa berbayar, juga tersedia dalam bentuk web
maupun aplikasi. Apa yang tidak bisa dilakukan ChatGPT, dapat dilakukan AI
lainnya, misalnya Blackbox yang dapat membantu coding dan membuat game online
sederhana serta Bing yang mampu menghasilkan gambar berdasarkan tulisan dan
deskripsi pengguna.
Mudahnya
akses dan penggunaan AI ini juga membuat dosen dan guru harus ekstra teliti
ketika menilai pekerjaan muridnya. Pasalnya, tidak sedikit orang yang
menggunakan AI untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dalam sekejap. Untungnya, hal
ini juga menjadi pedang bermata dua, sebab dosen atau guru yang melek teknologi
juga bisa menggunakan AI ini untuk menanyakan apakah jawaban muridnya adalah
buatan AI. Cara ini semakin sering digunakan untuk membongkar kecurangan pada
ujian.
Selain
itu, fenomena yang meresahkan masyarakat akhir-akhir ini adalah penggunaan AI
untuk mengedit foto seseorang agar terlihat telanjang, padahal sebenarnya
tidak. Banyak orang berniat jahat memanfaatkan teknologi ini dan menggunakannya
untuk menyebar foto orang lain yang sudah diedit menjadi tanpa busana, bahkan
tidak sedikit yang menggunakannya untuk mengancam pihak lain.
AI yang
awalnya dibuat untuk meringankan pekerjaan manusia, karena perbuatan manusia
itu sendiri, malah dipakai untuk merugikan dan menyakiti sesama..
AI yang
serba bisa ini seolah dapat menghapus kerja keras manusia dari mudahnya segala
hal diselesaikan tanpa ada campur tangan ketidaksempurnaan manusia di dalamnya.
Banyak pihak di media sosial mulai mempertanyakan, "Apakah suatu saat AI
akan menggantikan kita? Apakah mereka akan menghapus jejak manusia dari
sejarah?"
Jawaban
dari pertanyaan tersebut bervariasi, beberapa menjawab bahwa AI tidak akan
sepenuhnya bisa menggantikan manusia sementara yang lainnya beranggapan pada
akhirnya AI akan menguasai dunia dengan robot yang memiliki kecerdasan manusia.
Hasil pastinya tidak ada yang tahu, hanya bisa menerka dari apa yang tengah
terjadi.
Kekhawatiran
pihak-pihak yang pro bahwa AI akan menguasai dunia bukannya tanpa alasan. Sudah
ada beberapa kejadian ketika kecerdasan buatan menunjukkan perilaku aneh,
seperti ketika dua AI Facebook saling 'berbicara' menggunakan bahasa yang hanya
dapat dimengerti mereka dalam suatu eksperimen. Dua AI tersebut menciptakan
bahasa baru yang tidak bisa dimengerti manusia dan terpaksa dimatikan karena
peneliti menginginkan AI yang bisa berbicara dengan manusia, bukan kepada satu
sama lain. Yang lebih terkenal lagi, sebuah robot AI bernama Sophia secara
eksplisit menyatakan bahwa ia akan menghancurkan manusia dalam suatu interview.
Kejadian-kejadian
tersebut tentu saja membuat beberapa orang resah dan memikirkan kemungkinan
terburuk. Kalau di masa depan teknologi akan jauh lebih maju lagi, bukan hanya
menggantikan manusia, memusnahkan manusia sudah bukan lagi tantangan.
Di sisi
lain, kemungkinan tersebut hampir terlihat berlebihan dan merupakan sesuatu
yang hanya ada di film-film. Pihak-pihak yang kontra menyebutkan bahwa AI tidak
mungkin sepenuhnya menggantikan peran manusia. Ada beberapa bidang pekerjaan
yang membutuhkan hubungan dengan manusia lain dan tidak cukup hanya dengan
menggunakan teknologi untuk berhasil.
Salah
satunya adalah guru. Pekerjaan sebagai guru dianggap tidak bisa sepenuhnya
digantikan oleh robot dan AI karena pembelajaran di sekolah juga membutuhkan
interaksi dan membentuk hubungan antara guru dengan murid. Sekolah bukan hanya
tempat untuk belajar, tetapi juga tempat di mana siswa tumbuh dan berkembang.
Teknologi mungkin akan digunakan untuk membantu pembelajaran, tetapi peran guru
tidak akan bisa tergantikan.
Pekerjaan
lain yang membutuhkan faktor emosional antar manusia juga tidak akan semudah
itu diambil alih oleh AI. Psikolog, psikiater, konsultan, konselor, dokter, dan
pekerjaan di bidang hubungan masyarakat adalah beberapa contoh lainnya.
Pemikiran
bahwa AI akan menguasai dunia tidak sepenuhnya salah, tetapi hal itu
kemungkinan besar terjadi jauh di masa depan dan tidak dalam waktu dekat.
Beberapa peneliti dan artikel lain juga berpendapat bahwa ada beberapa
pekerjaan yang tidak bisa digantikan AI dan membutuhkan campur tangan manusia,
karena hal seperti emosi, empati, simpati, dan saling paham satu sama lain
adalah hal-hal yang hanya dimiliki manusia. Dengan demikian, peran manusia yang
tidak tergantikan akan terus membuat sejarah selama waktu itu sendiri belum
berhenti.
Sumber
: kumparam.com